Surat Dari ASNLF (3)


Banda Aceh -Redaksi AtjehLINK kembali menerima sebuah surat elektronik dari seseorang yang mengaku sebagai koordinator Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) dalam Nanggroe, Teuku Agam.

E-mail seperti bentuk wawancara ini berisi pertanyaan dan jawaban yang dibuat oleh si pengirim sendiri dan tidak ada wawancara yang dilakukan oleh AtjehLINK.

Berikut ini kami tayangkan secara utuh surat elektronik tersebut yang diterima AtjehLINK, Minggu (24/02/2013).

Foto: www.asnlf.org
Foto: www.asnlf.org



















1. Apa tujuan ASNLF untuk Aceh?

Pada saat Wali Neugara Tgk. Hasan Muhammad di Tiro mendeklarasikan kembali kemerdekaan Aceh di gunông Halimôn, yaitu pada tanggal 4 Desember 1976, seperti yang telah kita ketahui bersama, beliau telah pula mendirikan sebuah organisasi yang ditujukan untuk mengukuhkan status kemerdekaan Neugara Atjèh di tingkat internasional dan juga untuk mengusir keberadaan illegal pihak-pihak asing dari wilayah Aceh.

Organisasi yang beliau  dirikan tersebut dikenal dengan nama Acheh-Sumatra National Liberation Front (ASNLF) atau Atjèh Meurdéhka (AM). Memang, sangat disayangkan bahwa pada proses perdamaian di Helsinki, Finlandia,  tahun 2005 yang lalu, GAM telah tergelincir ke dalam jebakan otonomi Indonesia dan gagal menjalankan misi-misi organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Namun demikian, semangat perjuangan dan kemerdekaan bangsa Aceh memang tidak pernah hilang. Oleh karena itu, melalui musyawarah dan mufakat, organisasi ASNLF yang telah ditinggalkan dengan misi-misinya yang belum tercapai tersebut pun kembali diaktifkan. ASNLF yang baru ini masih tetap memperjuangkan misi-misi yang telah ditetapkan pada saat pertama didirikan oleh Tgk. Hasan, yang salah satunya adalah untuk mengembalikan kedaulatan Negara Aceh seperti masa sebelum terjadinya penjajahan.

2. Bagaimana pandangan ASNLF terhadap politik di Aceh saat ini pasca perdamaian?

Politik nasional kebangsaan Aceh yang pada masa-masa awal perdamaian sempat dikaburkan dengan euforia damai Helsinki alhamdulillah sudah kembali ke status awal, yaitu kebersamaan menuju Aceh yang berdaulat. Memang kita akui, bahwa rakyat Aceh sekarang masih terkotak-kotak, namun kami sangat yakin bahwa terlepas dari segala perbedaan yang ada, rakyat Aceh tidak akan pernah meninggalkan cita-cita dan perjuangan AM. Sedikit ego manusia yang selalu bersikap membenarkan cara-cara kelompok dan pribadi masing-masing Insya Allah akan segera dapat kita hapuskan demi keberlangsungan perjuangan bersama.

Di lain pihak, politik licik MoU Helsinki yang sedang dijalankan oleh Indonesia melalui kaki-kaki tangannya di Aceh pun sudah basi dan tidak laku lagi. Pernyataan-pernyataan dan tindakan-tindakan kontroversial para penguasa, yang di satu pihak berkepentingan untuk menjaga  dan memupuk sokongan rakyat terhadap kepemimpinannya, di lain pihak juga berkepentingan untuk menyenangkan hati tuan-tuan mereka di Jakarta, justru membawa pencerahan dan penyegaran kepada saudara-saudara kami yang pernah tertipu dengan janji-janji Helsinki. Alhamdulillah mereka yang sudah sadar akan kekeliruan MoU ini sudah kita konsolidasikan untuk kembali bernaung di bawah payung ASNLF.

3. Apakah dengan adanya kekuatan ASNLF Aceh bisa mengarah kemerdekaan? Dengan cara apa?

ASNLF tidak memiliki arti apapun tanpa perjuangan nyata dan dukungan penuh dari rakyat Aceh di dalam  luar negeri. ASNLF akan kuat bersama rakyat. Dengan kekuatan inilah kita akan bergerak bersama-sama untuk menuntut perlindungan dan pengakuan atas hak-hak rakyat, seperti hak-hak azasi manusia dan hak penentuan nasib sendiri.

4. Lantas, apa ASNLF sendiri memiliki cita-cita untuk merdekakan Aceh? Sejak kapan?

Pertanyaan ini sudah terjawab pada penjelasan pertanyaan pertama.

5. Menurut ASNLF, apakah ada dorongan dari Negera luar untuk merdekakan Aceh? Negara mana saja yang mendukung Aceh untuk merdeka?

Kemerdekaan Aceh adalah tanggung jawab rakyat dan bangsa Aceh sendiri. Jadi sangat tidak relevan, jika kita mengharapkan negara lain untuk maju dan memperjuangkan kepentingan kita, sementara kita sendiri belum melakukan usaha apapun untuk meraih kemerdekaan Aceh.  Akan tetapi sebaliknya mantan-mantan pejuang sendiri ramai yang berkolaborasi untuk mengukuhkan keberadaan Indonesia di bumi Aceh.

Namun demikian, sudah tentu sangat ramai individu-individu dari kalangan internasional, terutama para pegiat HAM, yang menyambut kebangkitan kembali ASNLF dengan sangat antusias. Memang bukan rahasia lagi bahwa Indonesia dan pasukan militernya adalah “musuh” aktivis HAM internasional karena tindakan-tindakan tidak manusiawi mereka terhadap rakyat sipil di berbagai tempat di nusantara.

Melalui hubungan dan kerja sama yang erat dengan kalangan aktivis ini, kita terus berupaya untuk dapat menarik simpati masyarakat luar yang tentu saja memiliki suara dalam menentukan kebijakan pemerintahan di negara mereka masing-masing.

6. Beredar isu, bahwa dengan adanya qanun bendera dan lambang maka Aceh bisa merdeka, benarkah demikian?

Pertanyaan ini sudah kami jawab dalam wawancara tentang bendera, dan sekali lagi kami mengajak para pembaca untuk tidak berspekulasi tentang isu ini. Maksud dan tujuan pengadaan bendera dan lambang yang dipertanyakan sudah jelas tertulis hitam di atas putih dalam rancangan qanun yang sudah beredar. Sikap dan penjelasan ASNLF tentang hal ini telah dipublikasikan di

http://theglobejournal.com/feature/di-seantero-dunia-bendera-bulan-bintang-berkibar-tanpa-qanun/index.php

7. Apakah ASNLF dengan MP-GAM/AMD ada hubungannya dengan luar negeri?
Pertanyaan-pertanyaan seperti ini sudah sering diajukan, walaupun demikian, kami mencoba sedikit meluruskan kesimpang-siuran tentang ASNLF dan MP-GAM/AMD, yang memang sengaja dibuat-buat untuk memojokkan perjuangan yang sedang kami rintis bersama rakyat Aceh, yang masih setia terhadap perjuangan yang diwariskan oleh Alm. Wali Neugara Tgk. Hasan.Berdirinya MP-GAM adalah suatu upaya untuk menyelesaikan konflik internal di dalam tubuh GAM itu sendiri, yang dibentuk pada 22 Maret 1999, yang bertujuan untuk menyelamatkan perjuangan AM dari kevakuman kepemimpinan, karena almarhum Wali Neugara terkena stroke di tahun 1997. Mekanisme kepemimpinan bersama ini ditujukan pula untuk mencegah terjadinya kudeta yang dapat melahirkan seorang diktator, yang rentan dalam melakukan perbuatan penyelewengan kekuasaan untuk kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok tertentu.Sangat disayangkan bahwa mekanisme tersebut ternyata tidak mendapat sambutan baik dari kelompok-kelompok tertentu yang berujung pada kasus penembakan dan pembunuhan terhadap tokoh-tokoh MP, seperti yang terjadi pada Tgk. Don Zulfahri (Sekjen MP-GAM), Tgk. Haji Usman, dan Tgk. Abdul Wahab. Setelah pembunuhan terhadap Tgk. Don, aktifitas MP-GAM praktis hilang dan orang-orangnya pun disingkirkan dengan label “pengkhianat”. Dengan berhasilnya penghancuran MP-GAM maka lahirlah pemimpin-pemimpin GAM yang bertindak sewenang-wenang pada waktu itu. Tindakan-tindakan tersebut masih terus dipraktekkan di Aceh sampai hari ini.Sementara KPAMD (Komite Persiapan Acheh Merdeka Demokratik) atau AMD, adalah organisasi yang didirikan pada tahun 2005 sebagai wujud penolakan terhadap proses dan hasil perundingan yang sedang berlangsung di Helsinki pada masa itu. Namun, euforia atas nota kesepahaman Helsinki menyebabkan organisasi ini tidak bertahan lama.Sedangkan ASNLF adalah organisasi induk yang memiliki mekanisme tersendiri, yang diatur dalam sebuah konstitusi, dan merupakan bentuk kelanjutan dari organisasi yang didirikan oleh Alm. Wali Neugara Tgk. Hasan. Siapa saja berhak untuk berpartisipasi dalam keanggotaan dan struktur organisasi ASNLF selama ia dapat memenuhi kriteria keanggotaan yang telah ditetapkan dalam Konstitusi ASNLF. Bahkan tokoh-tokoh GAM, MP-GAM, AMD, MB-GAM, dan organisasi-organisasi kemasyarakatan Aceh lainnya pun sudah ramai yang bergabung di bawah payung keanggotaan ASNLF.
Saleum

Teuku Agam
Koordinator ASNLF di dalam Nanggroe.

2 Responses to "Surat Dari ASNLF (3)"

  1. ERA REVOLUSI KEPULAUAN MELAYU

    Peta di kepulauan Melayu nusantara itu bagaikan sebuah “benua” kepulauan yg terdiri kira2 lebih dari 3.000 pulau. Sebagai contoh, jarak dari Atjèh hingga Papua sama dengan dari London ke Baghdad, jika di umpamakan jazirah éropa disitu terdapat tidak kurang dari 17 negara berdaulat. Nah, disetiap negara mereka itu mempunyai bahasa mereka masing2 dan sub dari negeri mereka itu juga mempunyai pecahan bahasa plus budaya masing2 pula. Kalau tidak percaya, yang demikian ini dapat dibuktikan melalui ilmu Ethnology, Anthropology, Philology. Dalam Islam mempunyai kepercayaan bahwa Tuhanlah yang membuat demikian. Bukankah Al-Qur’an telah tertulis dengan terjemahan:

    ”Kami telah membuat kamu laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal" Al-Hujarat 13.

    Darah yang mengalir dalam tubuh kita, bahasa yang kita pakai dalam lidah kita, adat istiadat kita semuanya bukanlah bikinan kita sendiri, tetapi pusaka yang kita terima dari mereka hasil peradaban yang sudah dipelihara sejak ribuan tahun lalu oleh nenek moyang kita, lalu diberikan kepada kepada kita, selanjutnya kita teruskan oleh anak cucu kita di hari-hari yang akan datang. (Kutipan buku: "Demokrasi Untuk Indonesia" By: Tgk Hasan Di Tiro)

    Itu dulu semasa orde lama, kini telah berevolusi menjadi gerakan revolusi:

    "Penjajahan Didunia Harus Dihapuskan Karena Tidak Sesuai Dengan Pri Kemanusiaan & Pri Keadilan"

    BalasHapus